I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Terung merupakan salah satu golongan sayuran buah yang
banyak digemari berbagi kalangan karena rasanya yang enak untuk dijadikan
berbagai sayur dan lalapan, juga mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya
lengkap (Rukmana, 2003). Berdasarkan beberapa hasil pengujian, didalam setiap
100 kg buah terung segar mengandung 24 kalori energi, 1,1 gram protein, 1,2 g lemak, 5,5
g karbohidrat, 15 mg kalsium, 37 mg fospor, 0,4 mg besi, 4 SI Vitamin A, 5 mg
vitamin C, 1,14 mg vitamin B1 dan 92,7 g air (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono,
2003).
Terung memiliki nilai ekonomis dan sosial yang cukup tinggi. Produksi terung tidak hanya laku
di pasaran dalam negeri (domestik), tetapi juga sudah menjadi mata dagang
ekspor. Bentuk produk terung yang sudah menembus pasar ekspor adalah “terung
asinan” (Rukmana, 2003). Distribusi pemasarannya tidak hanya dilakukan di
pasar-pasar tradisional saja, namun juga di supermarket ataupun toko-toko
swalayan (Samadi, 2001). Selain itu kemajuan di bidang pengolahan hasil
pertanian yang semakin berkembang dapat memperluas pemasaran terung, misalnya
manisan dan asinan terung. Oleh sebab itu, komoditas terung sangat potensial
untuk dikembangkan secara intensif (Rukmana, 2003). Berdasarkan hal tersebut,
tehnik budidaya terung dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan.
Pemupukan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tanaman akan unsur hara yang dibutuhkan selama pertumbuhan tanaman.
Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Namun, penggunaan pupuk
anorganik saat ini kurang ekonomis karena harganya yang relative mahal, juga
dampak negatifnya bagi lingkungan (Risema, 1986). Pupuk organik adalah pupuk
yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Macam-macam pupuk
organik antara lain adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan lain sebagainya.
Pupuk kandang memang dapat menambah ketersediaan bahan
makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah.
Selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh positif (baik) terhadap
sifat fisik dan kimia tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik
(Sutejo, 1995). Selain itu, pupuk organik tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan terutama tanah.
Pupuk kandang ayam merupakan salah satu pupuk organik
yang sangat baik untuk dikembangkan. Pupuk kandang adalah campuran dari kotoran padat
dan cair yang tercampur dengan sisa makanan dan alas kandang. Kandungan unsur
hara pupuk kandang terdiri dari campuran 0,5% N, 0,25% P2O5
dan 0,5% K2O, hal ini sangat bervariasi tergantung pada kondisi
lingkungan dan pakan yang diberikan. Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat
yang lebih baik dari pada pupuk alami lainnya, karena selain sebagai sumber
unsur hara, pupuk kandang juga dapat meningkatkan kadar humus tanah, daya
menahan air dan banyak mengandung mikroorganisme (Sarief, 1986).
Higa (1997) mengatakan bahwa dalam usaha
menunjang sistem pertanian yang berkelanjutan atau sistem pertanian yang peduli
lingkungan maka dilakukan dengan pemanfaatan mikroorganisme untuk meningkatkan
pertumbuhan produksi tanaman. Salah satunya dengan memberikan bahan organik
yang terfermentasi (bokashi).
Bokashi
adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, sekam, daun-daunan dan pupuk kandang) dengan bantuan
Effektive Mikroorganisme-4 (EM-4). Menurut Wididana dan Higa (1993), EM-4
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman. EM-4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan
populasi mikroorganisme dalam tanah, yang selanjutnya dapat meningkatkan
pertumbuhan, kualitas dan kuntitas tanaman.
Bokashi
pupuk kandang ayam dibandingkan dengan dengan pupuk organik lainnya (tanpa
inokuasi EM-4) mempunyai keunggulan yaitu mampu meningkatkan aktifitas
mikroorganisme indegenus menguntungkan dan meningkatkan fiksasi nitrogen dalam
waktu yang cepat, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Disamping itu
bokashi pupuk kandang ayam juga dapat memperbaiki aerase tanah, memperbesar
daya serap tanah terhadap air dan dapat menekan pathogen pada tanaman (Priyadi,
1996).
Hasil
penelitian Mawardi (2001) memperlihatkan bahwa pemberian bokashi memberikan
pengaruh terhadap peningkatan ketersediaan hara N, P, dan K pada dosis 2,5 ton
ha-1 dan memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan N, P, dan
K serta hasil bobot biji kering tanaman kedelai. Hasil penelitian Saputro
(2000), pemberian bokashi pupuk kandang ayam dengan dosis 7,5 ton ha-1
dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal bagi tanaman selada.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk memilih proposal penelitian dengan
judul “Pengaruh Bokashi Pupuk Kandang
Ayam Terhadap Hasil Tanaman Terung (Solanun
melongena L.)”.
1.2.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan dosis bokashi pupuk kandang ayam yang
memberikan hasil terbaik pada tanaman terung.
1.3. Kegunaan
Penelitian
Penelitian
ini hasilnya diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan informasi bagi
pihak-pihak yang memerlukan dalam usaha peningkatan hasil tanaman terung.
1.4. Hipotesis
1.
Pemberian
berbagai dosis bokashi pupuk kandang ayam, memberikan pengaruh terhadap hasil
tanaman terung.
2.
Didapatkan
satu dosis bokashi pupuk kandang ayam yang memberikan hasil terbaik pada
tanaman terung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Terung
Dalam tatanama (sistematika) tumbuhan, tanaman terung
diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, Sub-divisio Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo
Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum dan Spesies Solanum melongena L. (Rukmana, 2003).
Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu.
Batangnya rendah (pendek), berkayu dan bercabang dengan tinggi tanaman
bervariasi antara 50-150 cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya. Menurut
Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) batang tanaman terung dibedakan menjadi
dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan percabangan (batang
sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan
percabangan adalah bagian tanaman yang akan mengeluarkan bunga.
Daun terung terdiri atas tangkai daun dan helaian daun.
Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian
pangkal, panjangnya bersekitar 5-8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang,
tulang cabang dan urat-urat daun (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003).
Bunga terung berbentuk mirip bintang, berwarna biru atau
lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung tidak mekar secara
serempak dan penyerbukan bunga dapat terjadi secara silang ataupun menyerbuk
sendiri (Rukmana, 2003). Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) menambahkan
bahwa bunga terung disebut bunga banci karena dalam satu bunga terdapat benang
sari (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina).
Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging
tebal, lunak, serta tidak akan pecah bila buah telah masak. Daging buah ini
merupakan bagian yang enak dimakan dan berwarna hijau atau keunguan. Biji-biji
terdapat bebas dalam daging buah (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Buah
menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna
coklat muda.
Tanaman terung mempunyai akar tunggang dan cabang-cabang
akar yang dapat menembus kedalaman tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang
tumbuh mendatar
dapat menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal batang, tergantung dari umur
tanaman dan kesuburan tanah (Rukmana, 2003).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Terung
Tanaman terung dapat tumbuh dan berproduksi baik di
dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.000 meter dari permukaan laut. Selama
pertumbuhannya, tanaman terung
menghendaki keadaan suhu udara antara 22º-30º C, cuaca panas dan iklim kering,
sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Sebab, pada keadaan cuaca panas akan
merangsang dan mempercepat proses pembungaan maupun pembuahan (Rukmana, 2003).
Menurut Samadi (2001), intensitas cahaya sangat
berpengaruh terhadap kualitas buah, terutama pada penampakkan kulit buahnya.
Pada pencahayaan yang cukup, warna kulit buah terung akan tampak merata dan
lebih mengkilap.
Tanaman terung dapat tumbuh pada hampir semua jenis
tanah. Tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis
lempung, berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan drainasenya baik
serta pada pH 5-6 (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003).
2.3.Pengaruh Bokashi terhadap Hasil
Tanaman
Dalam usaha menunjang sistem pertanian organik yang
merupakan sistem pertanian yang peduli lingkungan, maka dilakukan usaha untuk
memanfaatkan mikroorganisme dan bahan organik untuk meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman.
Menurut Sarief (1986), melalui proses dekomposisi, bahan
organik dalam pupuk kandang akan melepaskan unsur
hara seperti N, P dan K yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman. Isro (1994) menyatakan bahwa bahan organik berupa pupuk kandang ayam
akan diuraikan oleh mikroorganisme tanah dan menghasilkan bahan humus yang
mampu meningkatkan agregasi tanah. Agregasi tanah ini secara tidak langsung
akan memperbaiki ketersediaan unsur hara. Selain itu agregasi tanah yang baik
akan menjamin tata udara tanah dan air sehingga aktifitas mikroorganisme dapat
berlangsung dengan baik dan ketersediaan beberapa hara yang dapat ditingkatkan.
Menurut Wididana (1994), EM-4 dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman, karena EM-4 dapat mempercepat dekomposisi bahan
organik, sehingga ketersediaan nutrisi tanaman meningkat. Selain itu EM-4 juga
dapat menekan aktifitas hama dan mikroorganisme patogen.
Higa (1994) menerangkan secara ilmiah bahwa EM-4 dapat
meningkatkan produksi tanaman melalui reaksi fermentasi yang menghasilkan asam
organik, hormon tanaman (Auxin, Giberelin, Sitokinin) dan polisakarida. Selain
itu dapat pula memacu pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki dekomposisi bahan
organik dan residu serta mempercepat daur unsur hara.
EM-4 merupakan salah satu pemanfaatan mikroorganisme yang
bersifat menguntungkan. Penerapan teknologi EM-4 dapat dilakukan dengan
memfermentasikan bahan organik (jerami, pupuk kandang ayam dan lain
sebagainya). Hasil fermentasi bahan organik dengan bantuan EM-4 disebut dengan
bokashi (Wididana, 1998).
Bokashi banyak mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi
tanaman. Selain itu pemberian pupuk bokashi dapat memperbaiki daya dukung
lahan, baik fisik, biologi maupun kimia tanah. Secara umum bokashi mengandung
unsur hara 4,96 %, P2O5 0,34%, K2O 1,90%,
protein 30,20%, karbohidrat 22,96%, lemak 11,21%, alkohol 114,03% mg/100 g dan kandungan gula 15,75% serta
vitamin C 0,46 mg/100 g, vitamin B12 5,04 mg/100 g, asam amino 80,19
mg/100 g (Wididana dan Wigenasentana, 1991).
EM-4 dalam bokashi dapat memacu aktifitas mikroorganisme yang
menguntungkan seperti rhizobium, bakteri pelarut posfat dan mikoriza. Mikroorganisme ini
sangat berperan dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara, terutama unsur N
dan P (Wididana dan Higa, 1993).
Berdasarkan uraian diatas maka bokashi pupuk kandang ayam dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber bahan organik yang dapat membantu meningkatkan produksi tanaman.
Penggunaan bokashi secara umum direkomendasikan 200
g m-2 permukaan tanah atau 2 ton ha-1.
Akan tetapi untuk tanah miskin unsur hara atau
kandungan unsur haranya sedikit, dianjurkan maksimum penggunaan bokashi
1 kg m-2 atau 10 ton ha-1. Hal ini diperkuat oleh hasil
penelitian Priyadi (1996), yang melaporkan pemberian bokashi pupuk kandang ayam
dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kubis bunga bila di bandingkan dengan bokashi pupuk kandang ayam tanpa inokulasi
EM-4 dan dosis yang terbaik pada 10 ton ha-1.
Hasil penelitian Musdalifah (2000), menunjukkan bahwa
pemberiaan bokashi pupuk kandang ayam
dengan dosis 4 ton ha-1 pada tanaman tomat memberikan respon yang
baik pada tinggi tanaman dan rata-rata bobot per buah. Sedangkan dosis 5 ton ha-1
memberikan hasil yang baik pada jumlah bunga, jumlah buah per tanaman dan bobot
kering tanaman.
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Terung merupakan salah satu golongan sayuran buah yang
banyak digemari berbagi kalangan karena rasanya yang enak untuk dijadikan
berbagai sayur dan lalapan, juga mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya
lengkap (Rukmana, 2003). Berdasarkan beberapa hasil pengujian, didalam setiap
100 kg buah terung segar mengandung 24 kalori energi, 1,1 gram protein, 1,2 g lemak, 5,5
g karbohidrat, 15 mg kalsium, 37 mg fospor, 0,4 mg besi, 4 SI Vitamin A, 5 mg
vitamin C, 1,14 mg vitamin B1 dan 92,7 g air (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono,
2003).
Terung memiliki nilai ekonomis dan sosial yang cukup tinggi. Produksi terung tidak hanya laku
di pasaran dalam negeri (domestik), tetapi juga sudah menjadi mata dagang
ekspor. Bentuk produk terung yang sudah menembus pasar ekspor adalah “terung
asinan” (Rukmana, 2003). Distribusi pemasarannya tidak hanya dilakukan di
pasar-pasar tradisional saja, namun juga di supermarket ataupun toko-toko
swalayan (Samadi, 2001). Selain itu kemajuan di bidang pengolahan hasil
pertanian yang semakin berkembang dapat memperluas pemasaran terung, misalnya
manisan dan asinan terung. Oleh sebab itu, komoditas terung sangat potensial
untuk dikembangkan secara intensif (Rukmana, 2003). Berdasarkan hal tersebut,
tehnik budidaya terung dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan.
Pemupukan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tanaman akan unsur hara yang dibutuhkan selama pertumbuhan tanaman.
Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Namun, penggunaan pupuk
anorganik saat ini kurang ekonomis karena harganya yang relative mahal, juga
dampak negatifnya bagi lingkungan (Risema, 1986). Pupuk organik adalah pupuk
yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Macam-macam pupuk
organik antara lain adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan lain sebagainya.
Pupuk kandang memang dapat menambah ketersediaan bahan
makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah.
Selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh positif (baik) terhadap
sifat fisik dan kimia tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik
(Sutejo, 1995). Selain itu, pupuk organik tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan terutama tanah.
Pupuk kandang ayam merupakan salah satu pupuk organik
yang sangat baik untuk dikembangkan. Pupuk kandang adalah campuran dari kotoran padat
dan cair yang tercampur dengan sisa makanan dan alas kandang. Kandungan unsur
hara pupuk kandang terdiri dari campuran 0,5% N, 0,25% P2O5
dan 0,5% K2O, hal ini sangat bervariasi tergantung pada kondisi
lingkungan dan pakan yang diberikan. Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat
yang lebih baik dari pada pupuk alami lainnya, karena selain sebagai sumber
unsur hara, pupuk kandang juga dapat meningkatkan kadar humus tanah, daya
menahan air dan banyak mengandung mikroorganisme (Sarief, 1986).
Higa (1997) mengatakan bahwa dalam usaha
menunjang sistem pertanian yang berkelanjutan atau sistem pertanian yang peduli
lingkungan maka dilakukan dengan pemanfaatan mikroorganisme untuk meningkatkan
pertumbuhan produksi tanaman. Salah satunya dengan memberikan bahan organik
yang terfermentasi (bokashi).
Bokashi
adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, sekam, daun-daunan dan pupuk kandang) dengan bantuan
Effektive Mikroorganisme-4 (EM-4). Menurut Wididana dan Higa (1993), EM-4
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman. EM-4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan
populasi mikroorganisme dalam tanah, yang selanjutnya dapat meningkatkan
pertumbuhan, kualitas dan kuntitas tanaman.
Bokashi
pupuk kandang ayam dibandingkan dengan dengan pupuk organik lainnya (tanpa
inokuasi EM-4) mempunyai keunggulan yaitu mampu meningkatkan aktifitas
mikroorganisme indegenus menguntungkan dan meningkatkan fiksasi nitrogen dalam
waktu yang cepat, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Disamping itu
bokashi pupuk kandang ayam juga dapat memperbaiki aerase tanah, memperbesar
daya serap tanah terhadap air dan dapat menekan pathogen pada tanaman (Priyadi,
1996).
Hasil
penelitian Mawardi (2001) memperlihatkan bahwa pemberian bokashi memberikan
pengaruh terhadap peningkatan ketersediaan hara N, P, dan K pada dosis 2,5 ton
ha-1 dan memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan N, P, dan
K serta hasil bobot biji kering tanaman kedelai. Hasil penelitian Saputro
(2000), pemberian bokashi pupuk kandang ayam dengan dosis 7,5 ton ha-1
dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal bagi tanaman selada.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk memilih proposal penelitian dengan
judul “Pengaruh Bokashi Pupuk Kandang
Ayam Terhadap Hasil Tanaman Terung (Solanun
melongena L.)”.
1.2.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan dosis bokashi pupuk kandang ayam yang
memberikan hasil terbaik pada tanaman terung.
1.3. Kegunaan
Penelitian
Penelitian
ini hasilnya diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan informasi bagi
pihak-pihak yang memerlukan dalam usaha peningkatan hasil tanaman terung.
1.4. Hipotesis
1.
Pemberian
berbagai dosis bokashi pupuk kandang ayam, memberikan pengaruh terhadap hasil
tanaman terung.
2.
Didapatkan
satu dosis bokashi pupuk kandang ayam yang memberikan hasil terbaik pada
tanaman terung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Terung
Dalam tatanama (sistematika) tumbuhan, tanaman terung
diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, Sub-divisio Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo
Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum dan Spesies Solanum melongena L. (Rukmana, 2003).
Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu.
Batangnya rendah (pendek), berkayu dan bercabang dengan tinggi tanaman
bervariasi antara 50-150 cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya. Menurut
Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) batang tanaman terung dibedakan menjadi
dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan percabangan (batang
sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan
percabangan adalah bagian tanaman yang akan mengeluarkan bunga.
Daun terung terdiri atas tangkai daun dan helaian daun.
Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian
pangkal, panjangnya bersekitar 5-8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang,
tulang cabang dan urat-urat daun (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003).
Bunga terung berbentuk mirip bintang, berwarna biru atau
lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung tidak mekar secara
serempak dan penyerbukan bunga dapat terjadi secara silang ataupun menyerbuk
sendiri (Rukmana, 2003). Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) menambahkan
bahwa bunga terung disebut bunga banci karena dalam satu bunga terdapat benang
sari (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina).
Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging
tebal, lunak, serta tidak akan pecah bila buah telah masak. Daging buah ini
merupakan bagian yang enak dimakan dan berwarna hijau atau keunguan. Biji-biji
terdapat bebas dalam daging buah (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Buah
menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna
coklat muda.
Tanaman terung mempunyai akar tunggang dan cabang-cabang
akar yang dapat menembus kedalaman tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang
tumbuh mendatar
dapat menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal batang, tergantung dari umur
tanaman dan kesuburan tanah (Rukmana, 2003).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Terung
Tanaman terung dapat tumbuh dan berproduksi baik di
dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.000 meter dari permukaan laut. Selama
pertumbuhannya, tanaman terung
menghendaki keadaan suhu udara antara 22º-30º C, cuaca panas dan iklim kering,
sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Sebab, pada keadaan cuaca panas akan
merangsang dan mempercepat proses pembungaan maupun pembuahan (Rukmana, 2003).
Menurut Samadi (2001), intensitas cahaya sangat
berpengaruh terhadap kualitas buah, terutama pada penampakkan kulit buahnya.
Pada pencahayaan yang cukup, warna kulit buah terung akan tampak merata dan
lebih mengkilap.
Tanaman terung dapat tumbuh pada hampir semua jenis
tanah. Tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis
lempung, berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan drainasenya baik
serta pada pH 5-6 (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003).
2.3.Pengaruh Bokashi terhadap Hasil
Tanaman
Dalam usaha menunjang sistem pertanian organik yang
merupakan sistem pertanian yang peduli lingkungan, maka dilakukan usaha untuk
memanfaatkan mikroorganisme dan bahan organik untuk meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman.
Menurut Sarief (1986), melalui proses dekomposisi, bahan
organik dalam pupuk kandang akan melepaskan unsur
hara seperti N, P dan K yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman. Isro (1994) menyatakan bahwa bahan organik berupa pupuk kandang ayam
akan diuraikan oleh mikroorganisme tanah dan menghasilkan bahan humus yang
mampu meningkatkan agregasi tanah. Agregasi tanah ini secara tidak langsung
akan memperbaiki ketersediaan unsur hara. Selain itu agregasi tanah yang baik
akan menjamin tata udara tanah dan air sehingga aktifitas mikroorganisme dapat
berlangsung dengan baik dan ketersediaan beberapa hara yang dapat ditingkatkan.
Menurut Wididana (1994), EM-4 dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman, karena EM-4 dapat mempercepat dekomposisi bahan
organik, sehingga ketersediaan nutrisi tanaman meningkat. Selain itu EM-4 juga
dapat menekan aktifitas hama dan mikroorganisme patogen.
Higa (1994) menerangkan secara ilmiah bahwa EM-4 dapat
meningkatkan produksi tanaman melalui reaksi fermentasi yang menghasilkan asam
organik, hormon tanaman (Auxin, Giberelin, Sitokinin) dan polisakarida. Selain
itu dapat pula memacu pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki dekomposisi bahan
organik dan residu serta mempercepat daur unsur hara.
EM-4 merupakan salah satu pemanfaatan mikroorganisme yang
bersifat menguntungkan. Penerapan teknologi EM-4 dapat dilakukan dengan
memfermentasikan bahan organik (jerami, pupuk kandang ayam dan lain
sebagainya). Hasil fermentasi bahan organik dengan bantuan EM-4 disebut dengan
bokashi (Wididana, 1998).
Bokashi banyak mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi
tanaman. Selain itu pemberian pupuk bokashi dapat memperbaiki daya dukung
lahan, baik fisik, biologi maupun kimia tanah. Secara umum bokashi mengandung
unsur hara 4,96 %, P2O5 0,34%, K2O 1,90%,
protein 30,20%, karbohidrat 22,96%, lemak 11,21%, alkohol 114,03% mg/100 g dan kandungan gula 15,75% serta
vitamin C 0,46 mg/100 g, vitamin B12 5,04 mg/100 g, asam amino 80,19
mg/100 g (Wididana dan Wigenasentana, 1991).
EM-4 dalam bokashi dapat memacu aktifitas mikroorganisme yang
menguntungkan seperti rhizobium, bakteri pelarut posfat dan mikoriza. Mikroorganisme ini
sangat berperan dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara, terutama unsur N
dan P (Wididana dan Higa, 1993).
Berdasarkan uraian diatas maka bokashi pupuk kandang ayam dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber bahan organik yang dapat membantu meningkatkan produksi tanaman.
Penggunaan bokashi secara umum direkomendasikan 200
g m-2 permukaan tanah atau 2 ton ha-1.
Akan tetapi untuk tanah miskin unsur hara atau
kandungan unsur haranya sedikit, dianjurkan maksimum penggunaan bokashi
1 kg m-2 atau 10 ton ha-1. Hal ini diperkuat oleh hasil
penelitian Priyadi (1996), yang melaporkan pemberian bokashi pupuk kandang ayam
dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kubis bunga bila di bandingkan dengan bokashi pupuk kandang ayam tanpa inokulasi
EM-4 dan dosis yang terbaik pada 10 ton ha-1.
Hasil penelitian Musdalifah (2000), menunjukkan bahwa
pemberiaan bokashi pupuk kandang ayam
dengan dosis 4 ton ha-1 pada tanaman tomat memberikan respon yang
baik pada tinggi tanaman dan rata-rata bobot per buah. Sedangkan dosis 5 ton ha-1
memberikan hasil yang baik pada jumlah bunga, jumlah buah per tanaman dan bobot
kering tanaman.
saya tertarik dengan judul “Pengaruh Bokashi Pupuk Kandang Ayam Terhadap Hasil Tanaman Terung kira-kira berapa dosis anjurannya....?
BalasHapus