Minggu, 06 Januari 2013

PEMANFAATAN KOMPOS LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP AGREGAT ULTISOL DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr).


I.  PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
            Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering (upland) yang tersebar cukup luas yaitu : 48,3 juta ha, yang tersebar di Sumatera 20,6 juta ha, Kalimantan 16,1 juta ha, Sulawesi 2 juta ha, Irian jaya 9,5 juta ha dan sebagian kecil di Jawa berkisar 29,7 % ( Murnir, 1996 ). Sedangkan di Propinsi Jambi luas areal lahan marjinal Ultisol 2,51 juta ha ( Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2001 ).

            Menurut Sarief (1985) Ultisol memiliki konsistensi gembur di lapisan atas dan tengah di lapisan bawah, jadi semakin bawah konsistensi ini semakin pejal. Selanjutnya di tambahkan oleh Dudal dan Soepraptohardjo dalam Darmawijaya (1992) Ultisol juga mempunyai kandungan bahan organik yang rendah.
            Usaha untuk memperbaiki sifat fisik Ultisol dapat di lakukan dengan cara pemberian bahan organik. Menurut Islami dan Utomo (1995) bahan organik baru berfungsi sebagai perekat tanah setelah mengalami penguraian. Jika bahan organik mudah terdekomposisi peningkatan agregasi tanah segera terjadi beberapa hari setelah penambahan bahan organik, bahan organik yang lebih sukar terdekomposisi memerlukan waktu yang lebih lama untuk menunjukkan pengaruhnya.
            Berdasarkan fungsi bahan organik untuk memperbaiki kondisi sifat tanah, maka penambahan bahan organik perlu di perhatikan secara serius, secara umum bahan organik bersumber dari : (1) Pupuk Kandang, (2) Kompos, (3) Pupuk segar/hijau. (Suharjo, Soepatini, dan Kurnia. 1993).
            Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan organik perlu di kembangkan alternatif baru sebagai sumber bahan organik seperti pemanfaatan limbah industri, salah satu industri yang menghasilkan limbah dengan jumlah yang cukup banyak yaitu industri pabrik kelapa sawit, yang menghasilkan limbah cair maupun padat (sludge).
            Pengolahan limbah pada dasarnya terdiri dari dua aspek, yaitu penanganan limbah dan pemanfaatan limbah. Penanganan limbah ditunjukan untuk mengurangi daya cemar limbah, sedangkan pemanfaatan limbah ditujukan untuk mendapatkan nilai tambah dari limbah yang akan dibuang.
            Kompos sludge berpotensi sebagai penyangga tanah yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah, seperti merangsang agregasi tanah menjadi lebih baik, distribusi pori akan lebih baik sehingga akan meningkatkan aerasi dan kapasitas memegang air serta permeabilitas tanah (Stevenson, 1994 dalam Darusman, 1999).        
            Hasil penelitian Vadari et al. (1995) menunjukkan bahwa pemberian kompos sludge 20 ton/ha dan tingkat lengas tanah 60 % kapasitas lapang dapat berpengaruh nyata terhadap stabilitas agregat tanah dan peningkatan stabilitas agregat mulai naik pada takaran 10 ton/ha.
            Agar tercapainya pertumbuhan dan produksi yang optimal tanaman kedelai membutuhkan kondisi tanah yang baik. Menurut Soeprapto (1990) kedelai menghendaki tanah yang subur, berstruktur gembur dan kaya humus atau bahan organik, dengan pH tanah umumnya berkisar antara 5,8-7. Nilai pH yang terlalau rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe, pertumbuhan bakteri dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik. Pada tanah yang ber – pH tinggi (pH > 7) kedelai sering   memperlihatkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning di sebabkan kekurangan unsure hara besi, sebaliknya pada tanah masam (pH < 5) kedelai juga tumbuh kerdil karena keracunan Al dan Mn.
            Menurut Soeprapto (1990) rata-rata luas pertanaman kedelai pertahun sekitar 703.878 ha, dengan total produksi 518.208 ton. Martodireso dan Suryanto (2001) rata-rata produksi kedelai nasional memang masih rendah, yakni 1,1 ton/ha.
            Berdasarkan uraikan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul: PEMANFAATAN KOMPOS LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP AGREGAT ULTISOL DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr).
1.2.   Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah padat (sludge) pabrik kelapa sawit terhadap agregat Ultisol dan hasil tanaman kedelai.
1.3.   Kegunaan Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama sebagai informasi tentang kompos limbah padat (sludge) pabrik kelapa sawit dan pengaruhnya terhadap perbaikan agregat Ultisol.

1.4.   Hipotesis
            Berdasarkan uraian dan permasalahan-permasalahan dalam penelitian, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
1)      Kompos sludge berpengaruh terhadap agregat Ultisol.
2)      Dari berbagai dosis yang diberikan akan diperoleh dosis yang terbaik terhadap hasil tanaman kedelai (Gycine max (L) Merr).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar